Apakah sekolah itu
penting ?
Pertama, saya ingin
mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?
Jadi, bukan mengatakan
bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin
mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di
dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Mengapa?
Begini saja...
Anda pasti tau bahwa
banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya,
tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak
mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya
kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak
ditentukan oleh sekolah.
Kalo anda liat dari,
apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya
satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.
Jadi, guru matematika,
ingin membuat anak-anaknya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat
anak2nya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru2 lainnya.
Anehnya, kalo kita
ambil seorang guru, ambil saja, aroundtheworldlineat guru matematika. Lalu,
kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai
geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut
tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa,
kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau
guru2 tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid2nya
dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja
hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua
mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk
dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata
ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak
memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya
tidak???
Karna, pada dasarnya
tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid2.
Murid2 tidak bisa
menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan
tidak digunakan ketika dewasa.
Contohnya begini saja,
mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa saya harus
mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya
juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu
mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin
menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan
nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan walikota atau
gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Jadi, sangat amat tidak
masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak harus
menghafal nama2 tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya
lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi
kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya
bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah
fakta..
Sekarang, begini
sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?
Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak
kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang
dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Aroundtheworldlineat Kalau anak tersebut
suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut
suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Jadi seperti orang
kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa
yang dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak
suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa
menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah
terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa?
Karna yang dipakai
hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal.
Akhirnya, bukan pintar,
bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal
sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak2 tersebut
pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya
tidak dipakai.
Anak saya sekolah di
sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke
pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya
banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke
kelas untuk mengajar anaknya.
Lalu bagaimana merubah
itu semua???
Memang susah karna
sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat
bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua,
dengarkan ini baik2.
Apabila yang
mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk
mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya
orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin dia
akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran
matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah
pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les
tambahan matematika?
Tidak perlu kan? Kenapa
tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran
matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan
anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan
memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.
Kalau seni rupanya
jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran
sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada
pelajaran2 yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau tidak
naik kelas.
Ya, kalo pelajaran2
seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk lulus
& naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.
ingat! nilai pelajaran
anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa
depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil
menjadi manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut
saya.
Kuncinya adalah
orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada
pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...
Jangan memaksakan
terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya
sembilan atau sepuluh, tidak penting!
Tidak perlu takut untuk
mendapatkan nilai jelek!
Tidak perlu takut untuk
tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan
berarti masa depan anda hancur!
Ada lho, anak yang
sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa
depannya.
Saya, pernah tidak naik
kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah?
Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa
dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
Tapi itulah yang saya
harapkan dari para orangtua di Indonesia. Memberikan dukungan pada anak2nya,
tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat
tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus
mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi
bahwa,
Masa depan anda tidak
tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah anda.
Masa depan anda, ada di
tangan anda.
Jangan takut untuk
mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya
sukses, untuk masa depan anda.
hay bosku anda bingung mencari bandar togel
BalasHapusyuk bergabung bersama kami di togel pelangi
togel terbaik dan terpecaya 100% aman
http://www.togelpelangi.com/