FILSAFAT TENTANG KETUHANAN
Tuhan dalam gambaran
"kubus" dalam judul Tuhan tidak bermain dadu : Tuhan menciptkan
dunia penuh
Penelaahan tentang Allah dalam
filsafat lazimnya disebut teologi filosofi.[3] Hal ini bukan menyelidiki
tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang
diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi
bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula
pada teodise.[3] Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah
dalam filsafat.[3] Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat
menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman.[3] Maka ditempuhlah cara
ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan
dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).[3] Maka para
filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan
lebih baik, dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu,
ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.[3]
Agama : Studi tentang tabiat
Allah dan kepercayaan Sunting
Ide tentang Allah pada orang
beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha
Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar
dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Baik dan sebagainya.[3][4][1] Menurut Anselmus, ajaran-ajaran
kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain
(Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja).[1] Bahkan ia bisa menjelaskan
eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh
mereka yang tidak beriman.[1] Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia
yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan
mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.[2]
Beberapa sikap orang beriman
dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
Manusia yang menerima begitu saja
dikarenakan ajaran turun-temurun dari para pendahulunya, manusia ditekankan
harus percaya, bahkan tanpa bertanya.[2]
Manusia mulai bertanya mengapa
dirinya ada?[2] Mengapa alam ada?[2]
Kemudian menanyakan Allah
terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?[2]
Semua jawaban itu akan dijawab
oleh para ahli dalam bidang yang disebut teologi; theos dan logos, ilmu tentang
hubungan manusia dan ciptaan dengan Allah.[2] Jawaban-jawabannya bisa sangat
beragam, tergantung agama dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban.[2]
Namun setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada, dan adanya Allah itu
dapat dibuktikan secara rasional juga; - Allah ada, tetapi tidak dapat
dibuktikan adanya; - tidak dapat diketahui apakah Allah benar-benar ada; -
Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.[2]
Oleh karena itu filsafat berusaha
membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui berbagai jalan; metafisika,
empirisme, rasionalisme, positivisme, spiritualisme dll.[2]
hay bosku anda bingung mencari bandar togel
BalasHapusyuk bergabung bersama kami di togel pelangi
togel terbaik dan terpecaya 100% aman
http://www.togelpelangi.com/
hay bosku anda bingung mencari bandar togel
BalasHapusyuk bergabung bersama kami di togel pelangi
togel terbaik dan terpecaya 100% aman
http://www.togelpelangi.com/