BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan dapat diartikan sebagagai satu proses
perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik maupun psikis menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan. Sistematis, berarti perubahan dalam
perkembangan itu bresifat saling ketergantungan atau memengaruhi antara
bagian-bagian organisme (fisik dan psikis ) dan merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian fungsi organisme
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
ciri-ciri perkembangan?
2.
Apa
faktor yang mempengaruhi perkembangan?
3.
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat
diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui ciri-ciri perkembangan
2.
Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan
3.
Untuk
mengetahui tahapan-tahapan perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagagai satu proses
perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik maupun psikis menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan. Sistematis, berarti perubahan dalam
perkembangan itu bresifat saling ketergantungan atau memengaruhi antara
bagian-bagian organisme (fisik dan psikis ) dan merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian fungsi organisme
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat.
Perkembangan mempunyai Ciri-ciri yaitu :
terjadinya perubahan ukuran, terjadinya perubahan proporsi, lenyapnya
tanda-tanda lama dan munculnya tanda-tanda baru. Perkembangan merupakan proses
yang tidak pernah berhenti, baik fisik maupun psikis berlangsung secara
terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai masa kematangan atau masa
tua. Semua aspek perkembangan saling memengaruhi, yaitu setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, spiritual maupun
moral, satu sama lainya saling memengaruhi dan terdapat hubungan korelasi yang
positif antara apek-aspek tersebut. Perkembangan mengikuti pola atau arah
tertentu yaitu setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap
sebelumnya dan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan terjadi
pada tempo yang berlainan yaitu perkembangan fisik dan psikis mencapai
kematanganya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda(ada yang cepat dan ada
yang lambat). Setiap fase perkembangan mempunyai cirri khas misalnya (a) sampI
usia 2 tahun anak memusatkan perhatianya untuk menguasi gerak-gerik fisik dan
belajar berbicara.dan (b) usia 3-6 tahun,perkembangan di pusatkan untuk menjadi
manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain. Setiap individu yang normal
akan mengalami tahapan fase perkembangan, bahwa dalam menjalani kehidupanyayang
normal dqn berusia panjang,individu akan mengalami masa atau fase perkembangan
yaitu masa konsepsi bayi,kanak-kanak ,anak, remaja dan dewasa.
Perkembangan menurut ahli berbeda beda dalam
memberikan batasan tentang perkembangan sebagai berikut :
a.
E. B. Hurlock
Perkembangan
merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman, dan terdiri atas serangkaian perubahan yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
b.
Gut Windarsih dan Rohana Kusumawati
Perkembangan
merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasa bersifat kualitatif.
c.
Nagel (1957)
Perkembangan
merupakan pengertian dimana struktur yang terorganisasi dan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur
baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
d.
M. Arifin, M. Ed
Perkembangan
merupakan perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi dan hanya
dapat dilihat gejala-gejalanya.
e.
Schneirla (1957)
Perkembangan
adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organism, dan oranisme
ini dilihat sebagai sistem adaptif sepanjang hidupnya.
f.
Spiker (1966)
Perkembangan
berhubungan dengan dua hal yaitu :
a).
Ortogenetik, yang berhubngan denagn perkembangan sejak terbentuknya individu
yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
b).
Filogenetik, yakni perkembangan asal-usul manusia sampai sekarang ini.
g.
Santrock Ussen
Perkembangan
merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan
berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
h.
Warner (1957)
Perkembangan
sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari
keadaan global dan kurang berdiferensiasi samapai keadaan diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi, meningkat secara bertahap.
1.
Perkembangan
Secara
sederhana, Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “ long-term changes in aperson’s growth,
feelings, pattens of thinking, social realitionship, and motor skill”.
Sementara itu Chaplin (2000) mengartikan perkembangan sebagai : 1). Perubahan
yang berkesinambungan dan progresif dalam organism dari lahir sampai mati ; 2).
Pertumbuhan; 3). Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah kedalam bagian-bagian fungsional; 4). Kedewasaan atau kemunculan
pola-pola tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut
Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjukan pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru. Didalam istilah perkembangan juga
tercakup konsep usia, yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan
kematian”.
Menurut
F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembngan menunjuk pada “suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menujukan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali”. Perkembangan dapat juga di artikan sebagai proses yang kekal
dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih
tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemaakan dan belajar.
Santrock
(1996), menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut : development is the pattern of change that
begins at conception and continues through the life span. Most development
involves growth, athough it includes decay (as in death and dying). The pattern
of movement is complmisalnya because it is product of several
processes-biogical, cognitive, and socioemotional.
Perkembangan
adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan dialami setiap individu secara
terus-menerus dan bertahap sepanjang hidup manusia.
Dari
definisi di atas dapat dipahami bahwa perkembangan mengandung arti sebagai
berikut:
a.
Perubahan fungsi psikologis atau
perubahan bersifat kualitatif, artinya perubahan dapat dilihat dari kemampuan
bertingkah laku lebih matang baik tingkah laku sosial, emosional, moral, maupun
intelektual.
b. Perubahan
itu merupakan proses yang berkesinambung dan terus menerus. Perubahan pada
perkembangan bukan berarti secara tiba-tiba dalam waktu singkat tetapi
perubahan yang terjadi terus menerus dan berkelanjutan serta bertahap-tahap
sepanjang hidup manusia.
c.
Perubahan yang mengarah kepada pencapaian
kematangan. Kematangan adalah tercapainya
kemampuan bertingkah laku secara fisik, social, emosional, moral, dan
intelektual secara sempurna sesuai dengan tugas perkembangan pada periode
perkembangan tertentu.
Dapat
ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian diatas adalah bahwa perkembangan
tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar melainkan
didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yan berlangsung secara terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan
belajar.
2.
Pertumbuhan
Pertumbuhan
(growth) sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam
biologi. Sehingga pengertiannya yang lebih bersifat biologis. C.P. Chapplin
(2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam
ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagi suatu keseluruhan.
Menurut A.E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan
kuantitatif, yaitu dapat dihitung atau dicukur, seperti panjang atau berat
tubuh. Sedangkan Ahmad Thanthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai
perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran sebagai akibat dari adanya
perbanyakan sel-sel.
Pertumbuhan
ialah pertambahan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang umumnya
ditandai dengan perubahan-perubahan biologis pada diri sesorang yang menuju
kearah kematangan. Pertumbuhan fisik berjalan dengan cara yang berbeda-beda.
Misalnya, pada otak, tinggi badan, perpanjangan tangan, pertumbuhan bahasa dan
lain-lain.
Pertumbuhan
ini bersumber dari bakat dan pengaruh lingkungan. Ada yang dominan antara bakat
dan lingkungan. Pada mata, telinga, kaki, tangan sangat ditentukan oleh
heriditas peserta didik, keturunan keluarga, suku atau kombinasi anatara
keduanya, sedangkan pada pertambahan tinggi dan berat badan dapat dipengaruhi
oleh lingkunga yaitu factor makanan.
Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa istilah perubahan dalam konteks
perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti dalam pertumbuhan ingatan,
pertumbuhan berpikir, pertumbuhan kecerdasan, dan sebagainya, sebab kesemuanya
merupakan perubahan fungsi-fungsi rohaniah.
Dengan
demikian istilah pertumbuhan lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau
pertumbuhan tubuh yang yang melaju samapi pada titik optimum dan kemudian
menurun menuju pada keruntuhannya. Sedangkan istilah perkembangan lebih
menunjuk pada kemajaun mental atau perkembangan rohani yang melaju terus samapi
akhir hayat. Perkembangan rohani tidak terhambat walaupu keadaan jasmani sudah
sampai pada puncak pertumbuhannya. Bahkan menurut Witherington (1986),
pertumbuhan dalam pengaertiannya luas meliputi perkambangan.
3.
Kematangan dan maturation
Chapplin
(2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai : 1). Perkembangan, proses
mencapai kemasakan atau usai masak; 2). Proses perkembangan, yang dianggap
berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis,
rumpun). Myers (1996) mendefinisikan kematangan sebagai “biological growth processes that enable orderly in behavior, relatively
uninfluenced by misalnyaperince” menurut Zigler dan Stevenson (1993),
kematangan adalah “ the orderly physiological
changes that occur in all species over time and that appear to unfold according
to a genetic blueprint”. Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan,
untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada
pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf.
Kematangan
adalah tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya pada bermacam-macam
tingkat pertumbuhan mental, fisik, social, dan emosional.
Kedewasaan
( maturation) ialah kemajuan pertumbuhan yang normal kearah kematangan. Proses
maturasi di sebabkan oleh factor pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas
dan struktur, misalnya pertumbuha otot tangan sehingga dapat berfungsi untuk
melakukan tujuan-tujuan khusus seperti menulis. Kematangan tidak dapat
dikategorikan sebagai factor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini
merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam
bentuk dan masa tertentu.
4.
Perkembangan yang normal
Perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,
yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efesiensi.
Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya, perkembangan intelektual,
emosional, spiritual, adalah hubungan satu sama lain. Misalnya perkembangan
membaca, meliputi perkembangan otot mata, kapasitas membaca, kemampuan
membedakan, perkembanag suara, pengalaman, social, dan emosional. Perkembangan
itu umunya berjalan lambat, akrena itu guru harus memperhatikan dengan teliti.
Perkembangan
normal dapat dilihat dari segi pola perkembangan individu peserta didik.
Perkembangan ini berbeda untuk setiap individu seperti : yang lebih dahulu
pandai berjalan sedangkan yang alin lebih cepat berbicara. Selain itu
perkembangan juga dapat dilihat dari segi usia kronologis. Tingkat usia
dijadikan dasar untuk menentukan normal atau tidaknya perkembangan seorang
siswa. Perkembangan yang normal dapat dilihat bahwa pada tingkat umur tertentu
siswa telah dapat mengerjakan sesuatu yang belum dapat dianggap tidak normal.
5.
Perubahan
Perubahan
perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan
diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Realisasi diri atau yang biasanya
disebut aktualisasi diri merupakan factor yang sangat penting. Tujuan ini
dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk
menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikis.
Perubahan perubahan yang terjadi dalam perkembangan itu dapat dibagi kedalam
empat bentuk, yaitu :
a.
perubahan dalam ukuran besarnya
setiap tahun seorang
anak tumbuh menjadi dewasa, tinggi dan berat badannya bertambah, kecuali jika
keadaan yang tidak normal mempengaruhinya maka akan terjadi beberapa penyimpangan
dalam pertumbuhannya.
Pertumbuhan mental pun
akan menunjukan kemajuan yang sama, seperti terlihat pada semakin meningkat dan
bertambahnya perbendaharaan kosa kata setiap tahunnya, kemampuan dalam
berpikir, mengingat mengecap, dan menggunakan sesuatu yang berlangsung selama
masa perkembangan dari tahun ke tahun.
b. Perubahan
perubahan yang proporsi
pertumbuhan fisik yang
tidak terbatas pada perubahan-perubahan ukuran, tetapi juga pada proporsi.
Kemudian ketika anak mencapai usia pubertas, baru proporsi-proporsi tumbuhnya
mulai menyerupai orang dewasa. Secara berangsur-angsur dan bertahap,
unsure-unsur fantastic itu mulai menjurus kearah yang lebih realitas.
c. Hilangnya
bentuk atau cirri-ciri lama
Jenis perubahan yang
terjadi dalam perkembangan individu adalah hilangnya bentuk dan cirri-ciri
tertentu. Diantara cirri-ciri fisik, berangsur angsur hilangnya kelenjar
anak-anak (thymus gland) yang terletak dileher, kelenjar pinel pada otak,
reflek-reflek tertentu, rambut, gigi dan hilangnya gigi anak-anak. Sementara
itu cirri-ciri mental diantaranya terlihat dalam perkembangan bicaranya,
implus-implus gerakan bayi, seperti merangkak, merambat, perkembangan
penglihatannya yang semakin tajam atau pengindraan lainnya, terutama yang
berkaitan dengan rasa dan bau atau penciuman.
d. timbulnya
atau lahirnya cirri-ciri baru
Diantara cirri dan
bentuk pertumbuhan fisik yang sangat pentig adalah tumbuhnya gigi pertama dan
kedua yang terlihat jelas pada masa kanak-kanak memasuki masa remaja. Sedangkan
cirri dan bentuk perkembangan mental ialah tumbuhnya rasa ingin, khususnya yang
berkenaan dengan masalah-masalah seks, desakan atau dorongan seks, pengetahuan
dan nilai-nilai moral, keyakinan atau kepercayaan agama, bentuk-bentuk bahasa
yang berbeda.
Perkembangan adalah suatu perubahan,
kearah yang lebih maju, lebih dewasa, secara teknis perubahan itu adalah
proses. Mengenai proses ini para ahli berbeda pendapat. Perbedaan pendapat para
ahli ini digolongkan kedalam konsepsi aliran aliran, antara lain aliran
asosiasi, gestalt dan neo-gestalt, serta aliran sosiologisme. Perinciannya sebagai
berikut :
§
Aliran asosiasi
Pada hakikatnya
perkembangan adalah proses asosiasi. Yang primer adalah bagian-bagian,
bagian-bagian ada lebih dahulu sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian. Contoh
pengertian lonceng pada anak-anak. Menurut aliran asosiasi kemungkinan anak
akan mendengar bunyi lonceng kemudian anak akan memperoleh kesanpenglihatan
berupa bentuk, dan warna lonceng, lalu anak akan meraba lonceng tersebut
sehingga memperoleh gambaran kasar atau halus. Jadi gambaran mengenai lonceng
ini makin lama makin lengkap satu dengan yang lain saling berhubungan. Tokoh
aliran ini adalah John Locke, ia berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak
adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikir demi sedikit
terisi oleh pengalaman atau empiri.
§ Aliran
gestalt
Aliran ini merupakan
kebalikan dari aliran asosiasi. Perkembangan menurut aliran ini adalah proses
deferensiasi. Missal seorang anak melihat mobil, didalam pikirannnya semua
kendaraan beroda empat adalah mobil, lama kelamaan dia tahu jenis-jenis mobil berupa
truk, jeep, sedan, tanki, dan lain sebagainya.
Aliran neo-gestalt yang
dirilis oleh Kurt Lewin selain proses deferensiasi juga ada proses
stratifikasi. Struktur pribadi terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan
itu makin lama makin bertambah. Missal anak kecil baru mempunyai satu lapisan,
oleh karena itu anak kecil tidak akan berdusta, semakin dewas akan bertambah
lapisannya.
·
Aliran sosiologis
Perkembangan adalah
proses sosialisasi. Seorang anak mula-mula bersifat asocial atau pra social
yang kemudian perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. Penganut
aliran ini adalah James Mark Baldwin (1864-1934), Freudian, dll.
6.
Implikasi
pertmbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap proses pembelajaran
Sebagai
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi
anatar dua factor yang sama sama penting kedudukannya yaitu factor heriditas
dan factor lingkungan. Keberadaan dua factor tersebut tidak bisa dipisahkan
satu sama lainnya karena kenyataan dua factor tersebut tidak bekerja
sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Dari
pernyataan diatas, maka dapatlah ditari bberapa butir implikasi
pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan
pendidikan sebagai berikut :
a.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
sejak lahir berlangsung dalam lingkungan social yang meliputi semua manusia
yang berada dalam lingkungan hidup itu.
b. Interaksi
manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan
maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
c. Dalam
interaksi social, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok social
yang dalam ini ialah keluarga.
d. Atas
dasar keterkaitan dan kewajiban social para pendidik terutama orang tua, maka
anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan social, serta
lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
e. Setelah
umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai
tingkat kematangan intelektual, social, emosional, serta kemampuan jasmani yang
lain.
f. Kematangan
social merupakan ikitasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan
kecerdasan berlangsung dalam lingkungan social tersebut.
g. Kematangan
emosional meliputi kematangan social dan kematangan intetektual, karena
sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi
perasaannya.
h. Kematangan
jasmani merupakan dasar yang meliputi semua kematangan.
i.
Pendidk yang berkecimpung dalam
pengasuhan anak dalam perkembangan dimasa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan anatar berbagai segi kematangan segi kematangan jasmani dan rohani
anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
j.
Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup
bermasyarakat banyak banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa
masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain.
k. Iklim
emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional anatar
keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
l.
Seorang anak dimana anak sekolah adalah
realis yang hendak mengenal kenyataan disekitarnya menurut keadaan senyatanya
atau objektif apa adanya.
m. Pada
umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang
semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan
pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat
belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n. Pemahaman
guru terhadap minat dan perhatian peserta didik kan sangat bermanfaat dalam
perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
o. Karakteristik
umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah diikuti dengan kegelisahan,
pertentangan, keinginan mencoba, segala sesuatu, menghayal dan aktivitas
berkelompok.
B. Ciri-Ciri Perkembangan
Perkembangan
memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga
dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut menurut Soetjiningsih (1995) sebagai
berikut:
1.
Perkembangan adalah proses
yang kontinu dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak
didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana
perkembangan dapat dengan mudah diamati.
2. Dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan.
Terdapat 3 (tiga) periode perumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi
0-1 tahun, dan masa pubertas.
3. Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi
kecepatannya berbeda.
4. Perkembangan dipengaruhi maturasi system saraf pusat. Bayi akan
menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang
menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih
benda tersebut.
5. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Sedangkan
ciri-ciri perkembangan menurut Dr. M. Hosnan yaitu:
1. Terjadinya
perubahan ukuran
a. Aspek
fisik : perubahan tinggi dan
berat badan serta organ-organ lainnya.
b. Aspek
psikis : bertambahnya
perbendaharaan kata dan semakin matangnya kemampuan berfikir, mengingat, dan
mengajukan imajinasi kreatif.
2. Terjadinya
perubahan proporsi
a.
Aspek fisik :
proporsi tubuh anak akan berubah sesuai dengan fase perkembangannya.
b.
Aspek psikis :
perubahan imajinasi dan fantasi ke realitas, dan perubahan perhatain yang
dulunya hanya pada diri sendiri akan beralih sedikit demi sedikit pada orang
lain.
3.
Lenyapnya tanda-tanda lama
a.
Aspek fisik :
lenyapnya kelenjar tymus (kelenjar anak-anak) yang terdapat pada dada, rambut
dan gigi susu.
b.
Aspek psikis : lenyapnay masa mengoceh, bentuk gerak
gerik kanak-kanak (seperti mengakak) dan perilaku implusif (melakukan sesuatu
tanpa berfikir dahulu).
4.
Munculnya tanda-tanda baru
a.
Aspek fisik :
tumbuh dan pergantian gigi dan matangnya organ-organ seksual pada usia remaja
baik primer maupun sekunder.
b.
Aspek psikis :
berkembangnya rasa ingin tahu terutama pada bidang ilmu pengetahuan,
lingkungan, agama, alam, nilai dan moral.
C.
Prinsip-Prnsip Perkembangan
Perkembangan merupakan proses yang tidak
berhenti, manusia secara terus menerus berkembang atau bertambah, yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Baik fisik maupun
psikis akan terus berkembang dari saat konsepsi hingga masa tua. Ada pun
prinsip-prinsip dalam perkembangan setiap individu sebagai berikut :
1.
Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap
aspek perkembanagan individu baik fisik maupun psikis satu sama lainnya saling
mempengaruhinya.
2.
Perkembangan mengikuti pola
Setiap
perkembangan merupakan hasil dari perkembangan tahap sebelumnya, dan merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
3.
Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan
fisik dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang nada lambat)
4.
Setiap fase perkembangan memiliki cirri khas
Prinsip
ini dijelaskan dengan contoh berikut : (a) samapi usia 2 tahun seorang anak
memusatkan perhatiannya untuk menguasai gerak gerik dan belajar berbicara. Dan
(b)pada usia 3-6 tahun seorang anak akan memusatkan perhatiannya menjadi mahluk
sosial.
5.
Setiap individu akan mengalami tahapan fase
perkembangan
Prinsip
in berarti bahwa setiap individu akan mengalami masa atau fase perkembangan :
konsepsi, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.
6.
Pertumbuhan sebagai proses “ menjadi ”
Setiap
organisme selalu mempunyai prinsip selalu berproses untuk “ menjadi “. Dengan
kemauannya anak mampu melakukan seleksi atau pilihan, juga mampu melatih
fungsi-fungsinya dengan satu kebebasan. Dan kemudaian dihari anak berusaha
menjadi pribadi menurut konsep, cita-cita, dan keinginannya sendiri.
1). Panduan
antara dorongan dorongan mempertahankan diri dan pengembangan diri
Pada
setiap orang terdapat dorongan fisik dan psikis untuk mempertahankan diri dan
mempertahankan hidupnya. Berkat dorongan mempertahankan diri seseorang akan
menyimpan segala pengalaman yang berguna. Selanjutnya oleh penglaman-pengalaman
tersebut orang itu akan semakin menjadi pandai dan matang.
2).
Individualitas anak dan perbedaan individual
Sejak
saat kelahiran, bayi sudah menampakan cirri-cir dan tingkah laku karakteristik
yang individual. Setiap bayi yang satu dengan yang lain sudah memiliki perbedaan
karakteristik, ada yang lebih sigap-kokoh, lebih aktif, cepat lapar ada yang
tidak. Ada bayi-bayi yang sangat peka, mudah terkejut dan takut, suka rewel ada
juga yang tidak. Karena perbedaan-perbedaan individual yang karakteristik
tersebut individu anak yang merupakan pribadi yang khas dan unik.
3). Anak sebagai mahluk social
Seorang
anak yang berdiri sendiri dan terpisah secara total dari masyarakat serta
pengaruh cultur orang dewasa, tidak mungkin dia menjadi anak normal. Tanpa
bantuan orang tua atau orang dewasa atau manusia lain dan lingkungan sosialnya
anak tidak akan mungkin mencapai taraf
kemanusiaan yang seharusnya.
4). Hukum
konvergensi
Hukum
konvergensi menyatakan adanay kerjasama anatar factor kodrati dan factor
social. Setiap perkembangan anak, factor hereditas atau endogen dan factor
lingkungan itu harus bekerja sama. Kedua-duanya saling melibatkan dan
mempengaruhi satu sama lain, factor tersebut memberikan pengaruh besar pada
proses perkembangan anak.
5). Pemenuhan kebutuhan sebagai sumber dinamis dari aktivitas
anak
Setiap
individu anak dan orang dewasa selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu
untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menuntut untuk
dipenuhi sehingga tidak terjadi ketegangan batin, konflik-konflik dan frustasi.
6). Penggunaan fungsi-fungsi secara spontan sebagai tanda
kemampuan tubuh
Jika
kapsitas kapasitas untuk terbuat, berfikir dan merasakan pada anak sudah matang
anak akan didorong oleh implus-implus yang kuat untuk menggunakannya. Misalnya
jika peralatan untuk menelungkup sudah matang, anak secara sepontan dan otoatis
berusaha menelungkupkan dirinya, tanpa ada satu rangsangan dari luar dan dia akan berusaha menghindari
semua ritangan yang menghambat usaha belajar menelungkupnya.
7). Kematangan dan masa peka
Pertumbuhan
dan kematangan berlangsung diluar control dan kemaun manusia. Namun dapat
dinyatakan bahwa setiap pengalaman yang positif dapat mengembangkan pribadi
anak. Oleh pengalaman tersebut anak menjadi matang penghayatan hidupnya lebih
luas.
8). Perjuangan sebagai cirri perkembangan
Hidup
ini merupakan suatu perjuangan yang tidak kunjung hentinya. Perjuangan tersebut
mula-mula untuk mencapai taraf kedewasaan, kemudian untuk mencapai
penyempurnaan diri sebagai manusia.
9). Pemulihan diri dan revisi terhadap kebiasaan
Dalam
masa perkembangan anak itu terdapat apa yang disebut sebagai saat-saat kritis,
dimana bisa berlangsung titik patah. pada peristiwa ini pengalaman-pengalaman
tertentu yang meninggalkan akibat buruk berupa cedera rohaniah yang parah pada
anak yang sukar dipulihkan. Dalam proses perkembangan anak memiliki kemampuan
untuk memikul kemalangan dan derita kemampuannya untuk memulihkan diri sendiri
dari hal-hal tersebut.
10). Setiap fase perkembangan mempunyai cirri khas
Contohnya
sampai pada usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya,
menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara dan pada usia tiga sampai
enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia social dari hal-hal
tersebut.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Faktor- faktor yang berasal dari dalam
diri individu
Diantara faktor- faktor yang sangat berpengaruh
terhadap perkembngan individu adalah :
a. Bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengan membwa bakat- bakat tertentu
seperti baat musik, seni, agama, akal yang tajam, dsb.
b. Sifat- sifat keturunan
Sifat- sift keturunan yang individu
dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.
Mengenai fisik misalnya bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan
mengenai mental misalnya sifat pemalas, pemrah, pendiam, dsb.
c. Dorongn dan insting
Dorongan adalah kodrat hidup yang
mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Seangkan
insting atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau
membisikn kepada manusi bagaimana cara- cara melaksankan dorongan batin.
Ada tiga aliran
yang mempunyai pendapat berbeda tentantang faktor faktor yang mempengaruhi
faktor perkembangan pada setiap individu aliran itu adalah sebagai berikut:
1.
Aliran Nativisme
Nativisme, artinya mengenai kelahiran atau pembawaaan, jadi aliran nativisme adalah
paham yang menitikberatkan pentingnya factor dasar yang dibawa sejak lahir,
Menurutnya perkembangan-perkembangan individu semata – mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh factor–factor yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut
aliran itu keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri
Para pendukung nativisme, biasanya
mempertahankan kebenaran pandangan tersebut, yaitu dengan menunjuk berbagai
kesamaan atau kemiripan antara pihak orang tua dengan anak – anaknya. Kata
mereka : kalau ayahnya ahli musik maka anaknya ahli musik pula, anak pelukis
akhirnya menjadi pelukis, anak pelayan demikian juga, bahkan anak penjahat akan
cenderung jahat pula kelakuanya. Pepatah jawa menyatakan : “Kacang mongso
ninggalno lanjaran” . Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Sopenhauer (1788 -
1860) seorang filsuf jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai
aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
- Aliran Empirisme
Emperis berarti “pengalaman”. Maka emperisme maksudnya adalah: aliran yang
mengutamakan peranan faktor pengalaman, lingkungan, pendidikan, dan tidak
mengakui peranan factor dasar atau pembawaan sejak lahir.
Menurut kaum empiris, perkembangan individu itu semata – mata dimungkinkan
dan ditentukan oleh factor lingkungan, sedang factor pembawaan tidak memainkan
peranan sama sekali. Tokoh utama aliran empirisme adalah John Locke (1632
-1704), seorang yang terkenal menganggap pendidikan sebagai “maha kuasa” untuk
mencetak manusia macam apa saja yang dicita - citakan. Sehingga tak ayal lagi
sebagai hujjah untuk membenarkan pandangannya, pengikut aliran ini menunjuk
pada pendidikan dengan segala fasilitas yang tersedia, dalam menciptakan orang
- orang besar caliber dunia.
- Aliran konvergensi
Dalam bahasa inggris converge artinya memusatkan pada satu titik, atau
bertemu . Maka bisa diartikan, konvergensi adalah ’’titik pertemuan” Agaknya
memang benar oleh karena kehadiran aliran ini telah mempertemukan dua pandangan
ekstrim, natifisme dan emperisme. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William
Stern (1871 - 1938), sleorang filsuf dan psikolog Jerman, mengatakan bahwa
perkembangan individu itu dimungkinkan dan dipengaruhi oleh dua factor,
pembawaan dan lingkungan keduanya sama – sama penting, dan bisa diingkari satu
oleh factor yang lain. Dengan pembawaan saja tanpa lingkungan, anak manusia
tidak akan berkembang. Sebaliknya lingkungan saja tanpa pembawaan, ini juga
tidak mungkin.
Selain aliran
diatas yang telah memberikan beberapa faktor yang memepengaruhi perkembangan
peserta didik sebagai berikut :
1.
Factor Internal
Yaitu factor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan
dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Dengan demikian factor internal bisa dibagi menjadi 2 macam factor pisik dan
factor psikis.
a.
Factor fisik
Di dunia ini orang mempunyai bentuk tubuh yang bermacam – macam. Ada yang
tinggi ceking, ada yang pendek gemuk, dan ada yang sedang antara tinggi dan
besar badanya. Sudah jelas, masing - masing mempunyai pengaruh tersendiri bagi
perkembangan seorang anak.
b.
Factor psikis
Dalam hal kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak pergaulan. Akan
tetapi ada pula yang selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya
suka menyendiri. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.Untuk
mampu mempetimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
2.
Faktor eksternal
a.
Lingkungn fisik
Lingkungan ini mencangkup kondisi
keamanan, cuaca, keadaan geografis, senitasi atau kebersihan lingkungan serta
keadaan geografis, senitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah
yang meliputi ventilas, cahaya dan kepadatan hunian. Semua kondisi ini sangat
mempengaruhi bagaimana indidvidu dapat menjalankan proses kehidupannya.
b.
Lingkungan non
fisik
Faktor non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu
keluarga, pendidikan dan masyarakat. Beberapa faktor non fisik seperti
stimulasi motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta ksih sayang
orang tua.
E. Tahap-Tahap Perkembangan
Tahap-tahap Perkembangan Menurut Thornburg
1.
Masa Bayi
0-2 bulan
a.
Periode
dalam kandungan : Mulai dari
terjadinya konsepsi sampai lahir,
b.
Periode
baru lahir : Lahir
sampai umur 4 atau 6 minggu,
c.
Periode
bayi : Umur
4 atau 6 minggu sampai 2 tahun.
2.
Masa
Kanak-kanak 2-11 tahun
a.
Periode kanak-kanak permulaan, umur 2-5 tahun,
b.
Periode kanak-kanak pertengahan, umur 6-8 tahun,
c.
Periode kanak-kanak akhir, umur 9-11 tahun.
3.
Praremaja 9-13 tahun
·
Masa Remaja 11-19 tahun
a.
Remaja permulaan, 11-13 tahun,
b.
Remaja pertengahan, 14-16 tahun,
c.
Remaja akhir, 17-19 tahun.
4.
Pemuda 19 tahun-22 tahun
·
Masa Dewasa 20-81 tahun
a.
Dewasa permulaan 20-29 tahun,
b.
Dewasa pertengahan 30-49 tahun,
c.
Dewasa 50-65 tahun,
d.
Dewasa akhir 66-80 tahun,
e.
Tua 81 tahun keatas.
Tahap
perkembangan menuut para ahli:
1.
Pendapat
Aristoteles
Aristoteles menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu
dalam tiga tahap yang masing – masing lamanya tujuh tahun.
·
Tahap I : Dari
0;0 sampai 7;0 : masa anak kecil atau masa bermain
·
Tahap II :
Dari 7;0 sampai 14:0: masa anak , masa belajar atau masa sekolah rendah.
·
Tahap II : Dari
14;0 sampai 21;0: masa remaja atau pubertas ; masa peralihan dari anak menjadi
orang dewasa
2.
Pendapat
Kretschmer
Kretschmer
mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa setiap individu melewati empat
tahap, seperti dikemukakan di bawah ini :
·
Tahap I : dari
0;0 sampai kira – kira 3;0:Fullungs periode I. Pada fase ini anak kelihatan
pendek gemuk .
·
Tahap II : Kira
– kira 3;0: sampai kira – kira 7;0 Sterckungs periode I . Pada fase ini akan
kelihatan langsing
·
Tahap III : Dari
kira – kira 7;0 samapai kira –kira 13;0: Fullungs periode II pada fase ini anak
kelihatan pemdek dan gemuk kembali
·
Tahap IV : Dari
kira – kira 13;0 sampai kira –kira 20;0: Streckungs periode II . pada fase ini
anak akan kembali kelihatan langsing.
Kehidupan psikis anak – anak pada tahap – tahap tersebut juga menunjukkan
sifat – sifat yang khas . pada tahap – tahap fullungs anak menunjukkan sifat – sifat yang mirip temperamen orang
yang berkonstitusi tinggi piknik jadi setiap orang yang cyclothum: jiwanya terbuka
, mudah bergaul , mudah didekati , dan sebagainya . pada tahap –tahap streckung , individu
menunjukkan sifat – sifat yang mirip dengan trempramen orang – orang
yang berkonstitusi leptosome , jadi seperti orang schizothyme : jiwanya
tertutup , sukar bergaul , sukar didekati , dan sebagainya .
1. Masa kanak – kanak
Secara kronologis
atau menurut urutan waktu, masa kanak-kanak adalah masa perkembangan dari usia
2 hingga 6 tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat,
tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan
keluarganya. Oleh karena itu,keluarga sangat berperan penting untuk
mempersiapkan anak untuk terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama
lingkungan sekolah.
Masa kanak-kanak sering disebut juga
dengan masa estetika, masa indera dan masa menentang orang tua. Disebut
estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan keindahan.
Disebut juga masa indera, karena pada masa ini indera anak-anak berkembang
pesat . karena pesatnya perkembangan tersebut, anak-anak senang mengadakan
eksplorasi, yang kemudian disebut dengan masa menentang.
Pada masa ini anak-anak memiliki sikap
egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan yang ditunjukkan
anak dengan sikap senang menentang atau menolak sesuatu yang datang dari orang
di sekitarnya. Perkembangan yang seperti itu disebabkan oleh kesadaran anak,
bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kehendak sendiri, yang mana kehendak
tersebut berbeda dengan kehendak orang lain.
Pada masa anak-anak awal, anak-anak banyak
meniru, banyak bermain sandiwara ataupun khayalan, dari kebiasaannya itu akan
memberikan keterampilan dan pengalamn-pengalaman terhadap si anak. Ada yang
mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai sebagai masa penutup bayi. Masa
anak-anak awal berakhir sampai dengan sekitar usia masuk sekolah dasar.
Diantara sekian
banyak titik tolak yang digunakan dalam mengukur tahap-tahap perkembangan
seorang individu, berikut akan dijabarkan tahap-tahap perkembangan ditinjau
dari dasar biologis dan dasar kognitif.
a.
Dasar biologis
Menurut
Aristoteles ada tiga tahap perkembangan yang berdasarkan biologis, fase itu
masing-masing berjarak tujuh tahun. Fase tersebt adalah :
·
Fase
1 : 0-7 tahun masa kecil atau masa bermain,
·
Fase
2 : 7-14 tahun masa anak atau masa remaja, masa masuk sekolah
rendah
·
Fase 3 :
14-21 tahun masa remaja atau pubertas, atau masa peralihan dari anak
menjadi orang dewasa.
Pemisahan antara ketiga fase diatas berdasarkan pertumbuhan biologis yang
penting.
b.
Dasar kognitif
Teori perkembangan kognitif yang
paling popular adalah teori Piaget. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif
menjadi :
·
Tahap sensori
motor : dari usia 0-2 tahun
·
Tahap
praoperasional : dari usia 2-7 tahun
·
Tahap operasi
kongkret : dari usian 7-11 tahun
·
Tahap operasi
formal : usia 11 tahun keatas
Tahap sensori motor ditandai
dengan adanya interaksi anak dengan lingkungan melalu berbagai alat indera dan
gerakkan. Tahap praoperasional ditandai oleh berkembangnya fungsi symbol,
bahasa, pemecahan masalah bersifat fisik, serta kemampuan mengkatagorisasikan.
Tahap operasi kongkret ditandai dengan proses berfikir masih berpatokkan pada
hal-hal kongkret. Dan tahap operasi formal ditandai dengan kemampuan berfikir
abstrak, memmberikan penalaran yang kompleks, dan kemampuan untuk mengkaji
suatu hipotesis.
Setiap orang berkembang dengan
karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu perhatian kita tertuju pada
keunikan masing-masing. Sebagai manusia, sctiap orang melalui jalan-jalan yang
umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, berjalan
pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada masa kanak-kanak dan
belajar mandiri pada usia remaja.
Menurut Santrok dan Yussen (1992)
perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi
pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan
terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk)
dari beberapa proses: proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.
Untuk memudahkan pemahaman tentang
perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui
manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu:
fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase
anak akhir dan fase remaja. Perkiraan waktu ditentukaii padn setiap fase tintuk
memperoleh gambaran waktu suatu fase itu dimulai dan berakhir.
- Fase
pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa
dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan
kemampunn berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.
- Fase
bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau
24 bulan. Masa ini adalah masa ynng sangat bergantung kepada orang tua.
Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa,
koordinasi sensori motor dan sosialisasi.
- Fase
kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir
masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah.
Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang
keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah
dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun
dengan temannya. Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.
- Fase
kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung
sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah
dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis
dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastikan dunia yang lebih luas
dengan budayanya. Pencapaian
prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula. - Fase
remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa
anak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12
tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami
perubahan-penibahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran
bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan
suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian
identifas diri. Pemikirannya Iebih logis, abstrak dan idealis. Semakin
lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga. Pada saat ini para ahli
tidak lagi berpendapat bahwa perubahan-perubahan akan berakhir pada fase
ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan merupakan proses yang terjadi
sepanjang hayat.
F. Kematangan Dan Pengalaman Perkembangan
Peserta Didik
Perkembangan yang
dialami peserta didik membawa mereka kearah kematangan. Kematangan ini akan
tercapai jika sudah menemukan pegangan atau nilai-nilai yang mereka cari, yaitu
menjelang berakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.
Kematangan fisik atau jasmani
terjadi setelah berhentinya pertunmbuhan yang terjadi dengan pesat, sehingga
anak laki-laki akan kelihatan berjalan tegap karena dada dan bahunya semakin
bidang, sedangkan anak perempuan berjalan melenggang karena pinggulnya
membesar. Kematangan social ditandai oleh sikap social yang mentap sebagai
anggota masyarakat, dan anggota keluarga, yang mulai merasakan adanya tanggung
jawab baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat. Kematangan
emosional ditandai oleh stabilnya emosi sehingga ledakan-ledakan yang sering
terjadi semakin berkurang dan bahkan berhenti sama sekali. Namun yang perlu
kita ingat adalah bahwa usia untuk mencapai kematangan ini berbeda-beda ada
anak yang cepat matang da nada juga yang sangat lambat. Oleh karena itu, kita
sebagai calon guru harus arif dalam menandai perkembangan atau kematangan
siswa.
Kematangan
fisik atau jasmani peserta didik membawa mereka kearah kematangan. keatangan
ini akan tercapai jika sudah menemukan pegangan atau nilai-nilai yng mereka
cari, yaitu menjelang berakhirnya masa
remaja atau mulainy masa dewasa.
Kematangan
sosial ditandai dalam sikap sosial yang mentap sebagai anggota masyarakat, dn
anggota keluarga, yang mulai mersakan adanya tanggung jawab baik sebagai pribadi atau anggota masyarakat.
Kematangn emosional ditandai oleh stabilnya emosi sehingga ledakan-ledakan yang
sering terjadi semakin semakin berkurang dan bhkan berhenti sama sekali. Namun
yang perlu kita ingat adalah bahwa usia untuk mencapai kematangan
berbeda-bedaada yang anak cepat matang dan ada juga yang sangat lamabat.
Oleh
karna itu, kita sebagai calon guruharus
arif dalam menandi perkembangan atau kematangan siswa.
Pengalaman merupakan peristiwa-peristiwa
yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Disini
pengalaman dianggap unsur lingkungan yakni sebagai pengalaman-pengalaman environmental yang
diperoleh dalam lingkungan.
1.
Perbedaan
Individual
a.
Perbedaan
Kemampuan
v
Perhatian dapat didefinisikan sebagai kesdaran atau aktifitas
psikis yang tertuju pada satu objek. Perbedaan perhatian itu terletak pada
hal-hal berikut:
o
Intensitas
perhatian
o
Luasnya
objek perhatian
o
Lamanya
perhaatian
v Pengamatan
Pengamatan
merupakan kemampuan indra untuk mengatasi sesuatu. Ada lima tipe manusia
berdasarkan kemampuannya mengamati sesuatu :
o
Tipe
visual ( penglihatan)
o
Tipe
auditif ( pendengaran)
o
Tipe
faktil ( perabaan)
o
Tipe
gustative (penciuman yang tajam)
o
Tipe
olafaktoris (pengecapan yang tajam)
v Ingatan
Ingatan
mencapai tiga aspek yaitu, mencamkan, menyimpan, dan memproduksi. Bahkan
sebagian besar pertanyaan yang diajukan oleh guru sering hanya menuntut
kemampuan mengingat.
v Intelegensi dan bakat khusus
Setiap
peserta didik mempunyi intelegensi yang berbeda, sehingga kita dapat menemukan siswa yang
cerdas, sedang, dan juga yang tegolong kurang.
b.
Perbedaan
Motivasi
Motivasi dapat
diartikan sebagai doronga untuk melakukn sesuatu seperti belajar, bekerja,
olahraga, atau melakukan egiatan amal. Dorongan ini ada yang datang dari diri
sendiri ( motivasi intrinsik) dan motivasi yang datang dari luar (ekstrinsik).
c.
Perbedaan
kondisi fisik dan jenis kelamin
Kondisi fisik
peserta didik mungkin berbeda-beda baik dari bentuk tubuh,kesehatan, maupun
fungsi indra. Disamping perbedaan kondisi fisik, perbedaan karakteristik siswa
perempun dan siswa laki- laki perlu mendapat perhatian. Minat remaja laki- laki
tertuju pada hal yang bersifat intelektual dan abstrak sedangkan minat remaja
perempuan tertuju pada hal yang bersifat emosional, konkret dan personal.
d.
Perbedaan
lingkungan
Lingkungan
memegang peran penting dalam perkembangan individu lingkungan yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda kepada perkembangan tersebut.
2.
Anak
Sebagai Suatu Totalitas
Konsep anak sebagai
suatu totalitas sekurang –kurangnya mengandung 3 pengertian :
a.
Anak
adalah makhluk hidup (organisme) yang merupakan satu kesatuan dari keseluruhan
aspek yang terdapat dalam dirinya
b.
Dalam
kehidupan dan perkembangan anak, keseluruhan aspek anak tersebut saling
terjalin satu sama lain
c.
Anak
berbeda dengan orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi secara
keseluruhan
Konsep anak sebagai suatu
totalitas mengandung arti bahwa perbedaan anak dengan orang dewasa tidak
terbatas secara fisik. Melainkan secara kesluruhan. Anak bukan miniature dari
orang dewasa, tetapi anak adalah anak
dalam keseluruhan aspek dirinya yang bisa berbeda dari orang biasa. Secara
fisik anak sedang mengalami pertumbuhan yang pesat , sebaliknya fisik orang
dewasa sudah relative tidak berkembang lagi. Anak cenderung didominasi oleh
pola fikir yg egosentrik danorang dewasa sudah lebih mampu berfikir empatik dan
sosial. Daya fikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret. Sedangkan
orang dewasa sudah mampu berfikir abstrak dan universal.
G.
Periode/Fase-Fase Perkembangan Berdasar Ciri-Ciri
Biologis
Fase perkembangan yang dimaksud
adalah penhapan atau periodesasi rentang kehidupan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri atau pola-pola
tingkah laku tertentu. Secara gris besar terdapat empat dasar pembagian
fase-fase perkembangan ini, yaitu
a.
Fase
perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis
b.
Konsep didaktif
c.
Ciri-ciri
psikologis
d.
Konsep
tugas pekembangan
1.
Aristoteles
Aristoteles
membagi fase perkebangan manusia sejak lahir sampi usia 21 thun kedalam tiga
masa, dimana setiap fase meliputi tujuh tahun, yaitu:
b.
Fase anak kecil atau masa bermain (0-7) tahun,
yang diakhiri dengan tanggal (pergantian) gigi
c.
Fase
anak sekolah atau masa belajar (7-14) tahun, yang dimulai dari tumbuhnya gigi
baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjr-kelenjar kelamin
d.
Fase
remaja ( pubertas) atu msa peralihan dari anak menjadi dewasa (14- 2) tahun ,
yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar- kelenjar kelamin sampai aka
memasuki masa dewasa
2.
Sigmund
freud
Dasar- dasar
pembagiannya ialah pada cara reaksi- reaksi bagian-bagian tubuh tertentu. Fase-
fase itu adalah :
a.
Fase
infantile, umur 0-5 fase ini dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.
Fse
oral, umur 0-1 tahun, dimana anak mendapat seksuil mellui mulutnya.
2.
Fase
al, umur 1-3 tahun, dimana anak mendapatkan kepuasan seksuil melalui anusnya
3.
Fase
phalis, umur 3-5 tahun, dimana anak
mendpatkan kepuasan seksuil melalui alat
kelaminnya.
b.
Fase
laten, umur -12 tahun
Pada fase ini
anak tampak dalam keadaan tenang, setelah terjadi gelombang dan badai ( strum
und drang) . pada fase ini desakan seksuil nak mengendur. Meskipun energi
seksuil terus berjalan, tetapi faase ini
diarahkan pada masalah- masalah sosial
dan membangun benteng yang kukuh melawan seksualitas.
c.
fase
pubertas12-18 tahun
Pada fase ini
dorongan- dorongan mulai muncul kembali dan apabila dorongan- dorongan ini
dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, anak akan sampai pada pada
masa kematangan terakhir yaitu fase genital.
d.
fase
genital umur 18- 20 tahun
padafase ini
dorongan sekuil yang pada masa laten boleh dikatakan sedag tidur, kini berkobar
kembali dan mulai sungguh- sungguh tertarik
pada lawan jenis . pada fase ini, konflik internal lebih stabil dan seseorang
dapat mencapai struktur ego yang kuat untuk dapat berhubungan dengan dunia
realita.
Periodesasi / fase fase perkembangan berdasar ciri ciri biologi
Periodesasi yaitu pembagian seluruh masa
perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Sedangkan
perkembangan adalah sebuah pemaparan tentang kondisi manusia yang terus
mengalami perubahan ke tingkat (fase) yang lebih tinggi secara alami dan terus
terjadi. Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang
menuju kedepan dan tidak di ulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi
peruban-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.
Dalam studi ilmu jiwa perkembangan soal periodesasi
ini. juga telah mengundang perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Perbedaan
pendapat itu pada pokoknya bisa dikelompokkan menjadi dua. Pertama, adalah
mereka yang merasa keberatan, atau tegasnya tidak setuju atas diadakannya
periodesasi perkembangan. Dan yang kedua, adalah mereka yang tidak berkeberatan
alias setuju, walaupun dengan catatan tetentu.
Perkembangan manusia dapat ditinjau dari dua cara,
yaitu sebelum lahir (prenatal) dan sesudah lahir (prosnatal). Perkembangan
prenatal dari manusia mempunyai proses-proses yang sama di seluruh dunia ini,
hanya mempunyai perbedaan conditioningnya. Sedangkan, di dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak sesudah lahir dan seterusnya ada aliran-aliran yang
mempersoalkan, mempertentangkan antara dua factor yaitu pihak factor dasar
(sifat-sifat keturunan dan sifat pembawaan semenjak germsel) dan lain pihak
factor ajar (pengaruh sesudah lahir yang datangnya dari luar).
Masalah periodisasi perkembangan merupakan masalah
yang banyak dipersoalkan oleh para ahli. Pendapat mereka mengenai dasar-dasar
perodisasi serta panjang masing-masing periode juga bermacam-macam yang pada
umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Berdasarkan
perspektif barat terdapat varian pendapat tokoh barat mengenai penahapan periodesasi perkembangan manusia. Namun tetap merupakan
suatu kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam hubungan keseluruhan. Yang
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
a.
Berdasarkan
biologis
b.
Berdasarkan
didaktis / instruksional
c.
Berdasarkan psikologis.
1.
fase perkembangan berdasarkan biologis yang dimaksud
periodisasi berdasarkan biologis adalah
para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses
pertumbuhan biologis anak. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pertumbuhan
biologis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan seorang anak. Sekelompok ahli
dalam membuat dalam membuat penahapan
mendasarkan diri pada keadaan diri pada keadaan atau proses biologis tertentu.
Diantara yang berpendapat demikian, misalnya Aristoteles, Kretscmher, dan
sigmund Freud.
1. Aristoteles
Aristoteles menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu
dalam tiga tahap yang masing-masing lamanya tujuh tahun. Yaitu :
a.
periode anak
kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun
b.
Periode
sekolah, usia 7 sampai 14 tahun. Masa anak, masa belajar atau masa sekolah
rendah
c.
Periode
pubertas (remaja), usia dari 14 sampai 21 tahun. Yaitu Masa, masa peralihan dengan
pergantian gigi. Peralihan antara masa kedua dan ketiga ditandai dengan
tumbuhnya bulu-bulu menjelang masa remaja. Pembagian tahap perkembangan menurut
pola Aristoteles itu masih dijadikan bahan pemikiran sampai sekarang dengan alasan-alasan
yang berlainan.
2. Kretschmer
Kretschmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa, setiap individu melewati empat tahap, seperti dikemukakan di bawah ini.
Tahap 1 : dari 0 sampai kira-kira 3 tahun. Fullungs periode 1. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.
Tahap 2 : kira-kira 3 sampai 7 tahun. Streckungs periode 1. Pada fase ini akan kelihatan langsing (memanjang atau meninggi)
Tahap 3 : dari kira-kira 7 sampai 13 tahun. Fullungs periode 2. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk kembali
Tahap 4 : dari kira-kira 13 sampai kira-kira 20 tahun. Streckungs periode 2. Pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.
Kehidupan psikis anak-anak pada tahap-tahap tersebut juga menunjukkan sifat-sifat yang khas. Pada tahap-tahap Fullungs anak menunjukkan sifat-sifat yang mirip dengan temperature orang yang berkonstitusi piknik, jadi seperti orang yang cyclothum, jiwanya terbuka, mudah bergaul, mudah didekati, dan sebagainya. Pada tahap-tahap Streckung, individu menunjukkan sifat-sifat yang mirip dengan temperamen orang-orang yang berkonstitusi leptosome, jadi seperti orang schizothyme, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.
Kretschmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa, setiap individu melewati empat tahap, seperti dikemukakan di bawah ini.
Tahap 1 : dari 0 sampai kira-kira 3 tahun. Fullungs periode 1. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.
Tahap 2 : kira-kira 3 sampai 7 tahun. Streckungs periode 1. Pada fase ini akan kelihatan langsing (memanjang atau meninggi)
Tahap 3 : dari kira-kira 7 sampai 13 tahun. Fullungs periode 2. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk kembali
Tahap 4 : dari kira-kira 13 sampai kira-kira 20 tahun. Streckungs periode 2. Pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.
Kehidupan psikis anak-anak pada tahap-tahap tersebut juga menunjukkan sifat-sifat yang khas. Pada tahap-tahap Fullungs anak menunjukkan sifat-sifat yang mirip dengan temperature orang yang berkonstitusi piknik, jadi seperti orang yang cyclothum, jiwanya terbuka, mudah bergaul, mudah didekati, dan sebagainya. Pada tahap-tahap Streckung, individu menunjukkan sifat-sifat yang mirip dengan temperamen orang-orang yang berkonstitusi leptosome, jadi seperti orang schizothyme, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.
Sigmund Freud
a.
Fase oral : dari
0 sampai 1 tahun. Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamis.
b.
Fase anal : dan
tahanan terpusat pada fungsi pembuangan kotoran
c.
Fase falis :
dari kira-kira 3 sampai kira-kira 5 tahun. Pada fase ini alat-alat kelamin
merupakan daerah erogen terpenting
d.
Fase laten :
dari kira-kira 5 sampai kira-kira 12 atau 13 tahun. Pada fase ini impuls impuls
cenderung untuk ada dalam keadaan mengendap
e.
Fase pubertas :
dari kira-kira 12 atau 13 sampai kira-kira 20 tahun. Pada fase ini
impuls-impuls menonjol kembali. Apabila impuls-impuls itu dapat dipindahkan dan
disublimasikan oleh das Ich dengan berhasil, maka sampailah orang kepada fase
kematangan yaitu :
f.
Fase genital :
individu yang telah mencapai fase ini tetap siap untuk terjun ke dalam kehidupan
masyarakat orang dewasa.
Elizabeth
Hurlock
Elisabeth B. Hurlock (1978) Dalam bukunya Developmental Psychology, memperiodesasikan masa perkembangan sebagai berikut :
Elisabeth B. Hurlock (1978) Dalam bukunya Developmental Psychology, memperiodesasikan masa perkembangan sebagai berikut :
e.
Prenatal (sebelum lahir) atau pralahir. Pada masa ini dimana proses pertumbuhan
dan perkembangan dimulai sejak masa konsepsi yakni pertemuan antara spermatozoon dengan sel telur (ovum) yang bakal menjadi calon manusia sampai pada proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.
dan perkembangan dimulai sejak masa konsepsi yakni pertemuan antara spermatozoon dengan sel telur (ovum) yang bakal menjadi calon manusia sampai pada proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.
f.
Masa Natal
(fase bayi)
·
Masa natal ini,
terdiri atas :
a)
Infancy atau
neonates (dari lahir sampai 14 hari) fase penyesuaian dengan lingkungan.
Bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
b)
Masa bayi
(antara 2 minggu sampai 2 tahun) bayi disini tak berdaya dan sangat
bergantung pada lingkungan.
bergantung pada lingkungan.
·
Masa anak
(2-10/11 tahun). Anak masih immature. Tanda-tanda khasnya adalah
menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga
ia merasa bahwa dirinya merupakan sebagian dari lingkungan yang ada.
a)
Masa Remaja
(11/12 – 20/21 tahun). Masa remaja adalah masa peralihan atau
masa transisi dari anak menuju dewasa. Masa remaja terbagi lagi dalam berikut ini :
masa transisi dari anak menuju dewasa. Masa remaja terbagi lagi dalam berikut ini :
o Praremaja (11/12 – 12/14 tahun). Dikatakan sebagai fase negative, terlihat tingkah laku yang cenderung
negative. Fase yang sukar untuk anak dan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi
tubuh, terutama seks, juga mengganggu
o Remaja awal (13/14 – 17 tahun). Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya.
Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstsabilan dalam banyak hal terdapat pada
masa ini. Ia mencari identitas diri karena pada masa ini statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.
o Remaja lanjut (17 – 20/21 tahun)
o Dewasa awal (21-40 tahun). Masa
penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, dan harapan mengembangkan sifat-sifat,
nilai-nilai yang serba baru. Ia diharapkan menikah, mempunyai anak, mengurus
keluarga, membuka karier, dan mencapai satu prestasi.
o Dewasa menengah (40-60 tahun). Masa transisi, masa menyesuaikan kembali, masa equilibrium-disequilibrium.
Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua. Wanita disini kehilangan kesanggupan
reproduksi.
o Dewasa akhir/lansia (60 keatas). Dewasa akhir (usia lanjut) merupakan tahap yang dialami oleh individu yang
akan memasuki kematian (usia 60 ke atas).
3.
Fase Perkembangan
Berdasarkan Didaktis. Maksudnya
adalah pembagian periode perkembangan atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan
cara pendidikan untuk anak-anak pada masa tertentu. Yang dimaksud tinjauan ini
adalah dari segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan anak didik
pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang
paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa
tersebut. asar didaktis atau instruksional yang dipergunakan oleh para ahli
disini ada beberapa kemungkinan, yaitu :
a. Johan Amos Comenius
a. Johan Amos Comenius
Comenius dalam bukunya Didactia Magna ia kemukakan tentang masa-masa
perkembangan yang ditetapkan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu
sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.
Pembagian masa tahap perkembangan menurut comenuis adalah sebagai beikut:
·
Sekolah ibu
(scola materna), usia 0 sampai 6 tahun
·
Sekolah bahasa
ibu (scola vernacula), usia 6 sampai 12 tahun
·
Sekolah latin (scola latins), usia 12 sampai
18 tahun
·
Akademi (academia),
usia 18 sampai 24 tahun.
Untuk
masing-masing sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan
pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan
cara-cara penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.
b.
Rousseau
Rousseau dengan karyanya Emilie u de I’education juga mengemukakan
penahapan atas dasar didaktis. Buku karya Rousseau itu terdiri atas lima jilid.
Jilid 1 sampai jilid 3 membicarakan pendidikan anak laki-laki (Emili), dan buku
jilid 4 membicarakan pendidikan anak perempuan (Sophie). Pendapat Rousseau
adalah sebaga iberikut:
(1) Tahap 1 : umur 0 sampai 2 tahun. Masa asuhan
(2) Tahap 2 : umur 2 sampai 12 tahun. Masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra
(3) Tahap 3 : umur 12 sampai 15 tahun. Periode pendidikan akal
(4) Tahap 4 : umur 15 sampai 20 tahun. Periode pendidikan watak dan pendidikan agama.
(1) Tahap 1 : umur 0 sampai 2 tahun. Masa asuhan
(2) Tahap 2 : umur 2 sampai 12 tahun. Masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra
(3) Tahap 3 : umur 12 sampai 15 tahun. Periode pendidikan akal
(4) Tahap 4 : umur 15 sampai 20 tahun. Periode pendidikan watak dan pendidikan agama.
4.
Fase Perkembangan
Berdasarkan Psikologis. Periodesasi
psikologis, maksudnya adalah pembagian masa perkembangan atas dasar keadaan dan
ciri-ciri khas kejiwaan anak pada periode tertentu. Para ahli membahas gejala
perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka
tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga
mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni. Pembagian
semacam ini, antara lain ialah:
(a) Jean Piaget. Suatu pendapat lain yang berdasarkan atas keadaan psikologis, terutama perkembangan intelektual adalah pendapat Piaget, yang akhir-akhir ini cepat sekali perkembangannya. Berdasarkan perkembangan intelektual individu, perkembangan dapat digambarkan dengan melewati empat fase, yaitu :
1. Periode 1, kepandaian sensori-motorik (lahir smapai 2 tahun)
a. Tahap 1 (lahir-1 bulan) : penggunaan refleks-refleks
Refleks-refleks mengimplikasikan kepasifan tertentu. Organisme akan tetap tidak aktif sampai sesuatu atang menstimulasikannya. Namun begitu, Piaget menunjukkan bahkan reflex seperti menghisap dengan cepat menjadi bagian dari aktifitas yang diinisiatifkan sendiri oleh bayi manusia. Sebagai contoh, ketika putra bungsunya Laurent baru berumur dua hari, dia mulai membuat gerakan-gerakan menghisap padahal tidak ada yang memicu reflex ini. Karena Laurent melakukan gerakan ini diluar jam makan, ketika dia belum lapat, tampaknya dia menghisap hanya demi menghisap itu sendiri.
b. Tahap 2 (1-4 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler primer
Reaksi sirkuler terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contohnya adalah menghisap jempol. Secara kebetulan, tangan si bayi bersentuhan dengan mulutnya, dan ketika tangan itu jatuh, si bayi ingin membawanya kembali. Namun untuk beberapa saat, bayi tidak bisa langsung melakukan yang diinginkannya. Mereka memukul wajahnya dengan tangan namun tidak bisa menangkap mulutnya.
c. Tahap 3 (4-10 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Reaksi ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya. Sebagai contoh suatu hari ketika putri kedua Piaget, Lucienne sedang berbaring di tempat tidurnya, dia membuat sebuah gerakan dengan kakinya yang berusaha mengendalikan boneka-boneka yang digantung diatas kepalanya. Dia menatap kepada boneka-boneka itu untuk sesaat dan kemudian menggerakkan kakinya lagi, mengamati boneka itu dan menggerakkan lagi kakinya. Selama beberapa hari lagi ke depan, dia terus mengulangi hal ini, menendangkan kakinya dan mengamati boneka-boneka itu bergoyang, dan dia seringkali tertawa kecil ketika melihat boneka-boneka tersebut bergerak
d. Tahap 4 (10-12 bulan) : koordinasi skema-skema sekunder
Pada tahap ini, tindakan bayi menjadi lebih terbedakan, dia belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan suatu hasil. Pencapaian baru ini baru tampak ketika bayi berhadapan dengan rintangan-rintangan.
e. Tahap 5 (12-18 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Pada tahap ini, bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda.
f. Tahap 6 (18 bulan-2 tahun) : permulaan berpikir
Pada tahap ini, anak-anak kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum akhirnya bertindak.
2. Periode 2 dan 3, pikiran pra-operasional (2-7 tahun) dan operasi-operasi berfikir konkret (7-11 tahun)
Pikiran pra-operasional dicirika oleh egosentrisme (memahami sesuatu hanya dari perspektif mereka sendiri), animisme (segala sesuatu berfungsi seperti yang mereka lakukan), heteronomy moral, memandang mimpi sebagai peristiwa diluar dirinya, kurangnya kemampuan mengklasifikasi, kurangnya kemampuan pengkonservasian.
Sedangkan, di tingkatan operasi-operasi berfikir konkret sanggup memahami dua aspek suatu persoalan secara serentak.
3. Periode 4, operasi-operasi berfikir formal (11 tahun sampai dewasa)
Selama operasi berfikir formal, pemikiran membumbung tinggi ke wilayah abstrak murni dan hipotesis, anak remaja bisa menata fikiran hanya di dalam fikiran mereka saja.
Setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Dalam hal ini, kegitan belajar tidak berarti kegiatan belajar ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan, merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.
Disamping pendapat berdasar tiga aspek diatas, terdapat beberapa pendapat para tokoh yang terlepas dari 3 aspek tersebut :
A. Fase Perkembangan Menurut Buhler
Dalam bukunya Practische kinder psychology, 1994, Charlotte Buhler mengemukakan fase perkembangan anak dan pemuda sebagai berikut :
a. Fase pertama (0-1 tahun)
Fase ini adalah masa mengahayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota badan.
b. Fase kedua (2-4 tahun)
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan pengahayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
c. Fase ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kewan-kawan sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif. Ia mulai mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan tugas-tugas kewajiban.
d. Fase keempat (9-11 tahun)
Fase ini adalah masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada fase keempat ini, anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini, anak kerap mengasingkan diri.
e. Fase kelima (14-19 tahun)
Fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap ke daam batin sendiri dengan sikap keluar, pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya, anak bersikap subjektif. Namun, subjektivitas kali ini dilakukan dengan sadar. Setelah berusia 16 tahun, anak atau remaja ini mulai belajar melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri, dan lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.
B. Fase Perkembangan Menurut Erikson
dalam bukunya Childhood and Society, Erik Erikson (1963) membagi fase dan tugas perkembangan sebagai berikut :
a. Masa bayi (0-1,5 tahun)
Masa ketika berbagai kebutuhan fisik harus dipenuhi, kebutuhan menghisap harus dipuaskan. Anak biasanya senang berada dalam gendongan atau dekapan dan belaian. Masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan pertolongan orang lain, suatu masa yang menuntut kesabaran orang tua.
b. Masa Toddler
Si anak mulai memisahkan diri dan bergerak secara bebas. Dalam kaitan ini, orang tua harus memberikan banyak kebebasan kepada si anak, namun sekaligus mulai meletakkan batas-batas ketika si anak tidak bisa berbuat sesukanya sendiri.
c. Awal masa kanak-kanak (4-7 tahun)
Pusat perhatian anak berubah dari benda kepada orang. Si anak beralih dari bermain sendiri menuju bermain bersama. Sosialisasi merupakan tema pokok. Si anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannnya. Tugas-tugas yang telah dimulai pada masa Toddler, dikembangkan lebih lanjut. Si anak diharapkan untuk makan sendiri dan berpkaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
d. Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)
Masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh teman-teman seusia adalah penting. Inilah waktu yang baik untuk memperkenalkan pekerjaan rumah tangga serta mengajarkan penggunaan uang dengan tepat. Tema pada masa ini adalah kerajinan. Energy si anak dapat diarahkan pda tugas-tugas sosial yang terorganisasi.
e. Awal masa remaja (12-15 tahun)
Masa-masa seperti ini memperlibatkan bahwa semua hal yang dianggap baik telah berakhir. Tema awal masa remaja adalah perubahan.
f. Masa remaja yang sejati
Kemenduaan dalam masa transisi akan berkurang. Si remaja yang merasa cukup aman dalam identitasnya, harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa hidupnya. Pemilihan tujuan hidup merupakan tema pokok.
g. Awal masa dewasa (19-25 tahun)
Si anak mulai berdikari. Si anak mungkin kuliah di tempat lain, menikah, hidup sendirian dalam suatu apartemen, atau bekerja di tempat lain. Tema awal masa dewasa adalah kemandirian.
h. Kedewasaan dan masa tua (25 tahun keatas)
Fase generativitas (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Tema pada masa tua ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.
C. Fase Perkembangan Menurut Havighurst
a. Periode bayi dan anak kecil
Ditandai dengan belajar berjalan, makan, bahasa, dan control badan, serta perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. Kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang lain. Perkembangan kata hati.
b. Anak sekolah
Ditandai dengan ketangkasan fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang tumbuh, belajar peranan jenis kelamin, kontak dengan teman-teman sebaya, belajar sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga. Belajar membaca, menulis, berhitung, pengertian kehidupan sehari-hari. Perkembangan moralitas skala nilai-nilai.
c. Masa muda
Ditandai dengan menerima peranan jens persiapan menikah dan mempunyai keluarga, belajar lepas orang tua secara emisional, belajar bergaul dengan kelompok anak wanita atau laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai warga Negara, emnginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial. Persiapan mandiri secara ekonomis.
d. Masa dewasa muda
Ditandai dengan memilih jodoh, belajar hidup dengan suami atau istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga, emnemukan kelompok sosial, menerima tanggung jawab warga Negara, dan mulai bekerja.
e. Usia tengah baya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisilogik. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh. Mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis.
f. Masa dewasa lanjut (lansia)
Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun, menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya.
2. Perkembangan Berdasarkan perspektif Islam
Dalam islam hal yang paling diperhatikan dalam pengembangan adalah hati, karena hati merupakan pancaran kepribadian. Dan yang tidak kalah penting yakni pengembangan fisik atau badan dan seluruh anggotanya, dan dalam Al-Qur’an menjelaskan tahapan penciptaan manusia dalam surat al-Mu’minun 12-16 :
“ dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah., kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim),kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
(a) Jean Piaget. Suatu pendapat lain yang berdasarkan atas keadaan psikologis, terutama perkembangan intelektual adalah pendapat Piaget, yang akhir-akhir ini cepat sekali perkembangannya. Berdasarkan perkembangan intelektual individu, perkembangan dapat digambarkan dengan melewati empat fase, yaitu :
1. Periode 1, kepandaian sensori-motorik (lahir smapai 2 tahun)
a. Tahap 1 (lahir-1 bulan) : penggunaan refleks-refleks
Refleks-refleks mengimplikasikan kepasifan tertentu. Organisme akan tetap tidak aktif sampai sesuatu atang menstimulasikannya. Namun begitu, Piaget menunjukkan bahkan reflex seperti menghisap dengan cepat menjadi bagian dari aktifitas yang diinisiatifkan sendiri oleh bayi manusia. Sebagai contoh, ketika putra bungsunya Laurent baru berumur dua hari, dia mulai membuat gerakan-gerakan menghisap padahal tidak ada yang memicu reflex ini. Karena Laurent melakukan gerakan ini diluar jam makan, ketika dia belum lapat, tampaknya dia menghisap hanya demi menghisap itu sendiri.
b. Tahap 2 (1-4 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler primer
Reaksi sirkuler terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contohnya adalah menghisap jempol. Secara kebetulan, tangan si bayi bersentuhan dengan mulutnya, dan ketika tangan itu jatuh, si bayi ingin membawanya kembali. Namun untuk beberapa saat, bayi tidak bisa langsung melakukan yang diinginkannya. Mereka memukul wajahnya dengan tangan namun tidak bisa menangkap mulutnya.
c. Tahap 3 (4-10 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Reaksi ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya. Sebagai contoh suatu hari ketika putri kedua Piaget, Lucienne sedang berbaring di tempat tidurnya, dia membuat sebuah gerakan dengan kakinya yang berusaha mengendalikan boneka-boneka yang digantung diatas kepalanya. Dia menatap kepada boneka-boneka itu untuk sesaat dan kemudian menggerakkan kakinya lagi, mengamati boneka itu dan menggerakkan lagi kakinya. Selama beberapa hari lagi ke depan, dia terus mengulangi hal ini, menendangkan kakinya dan mengamati boneka-boneka itu bergoyang, dan dia seringkali tertawa kecil ketika melihat boneka-boneka tersebut bergerak
d. Tahap 4 (10-12 bulan) : koordinasi skema-skema sekunder
Pada tahap ini, tindakan bayi menjadi lebih terbedakan, dia belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan suatu hasil. Pencapaian baru ini baru tampak ketika bayi berhadapan dengan rintangan-rintangan.
e. Tahap 5 (12-18 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Pada tahap ini, bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda.
f. Tahap 6 (18 bulan-2 tahun) : permulaan berpikir
Pada tahap ini, anak-anak kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum akhirnya bertindak.
2. Periode 2 dan 3, pikiran pra-operasional (2-7 tahun) dan operasi-operasi berfikir konkret (7-11 tahun)
Pikiran pra-operasional dicirika oleh egosentrisme (memahami sesuatu hanya dari perspektif mereka sendiri), animisme (segala sesuatu berfungsi seperti yang mereka lakukan), heteronomy moral, memandang mimpi sebagai peristiwa diluar dirinya, kurangnya kemampuan mengklasifikasi, kurangnya kemampuan pengkonservasian.
Sedangkan, di tingkatan operasi-operasi berfikir konkret sanggup memahami dua aspek suatu persoalan secara serentak.
3. Periode 4, operasi-operasi berfikir formal (11 tahun sampai dewasa)
Selama operasi berfikir formal, pemikiran membumbung tinggi ke wilayah abstrak murni dan hipotesis, anak remaja bisa menata fikiran hanya di dalam fikiran mereka saja.
Setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Dalam hal ini, kegitan belajar tidak berarti kegiatan belajar ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan, merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.
Disamping pendapat berdasar tiga aspek diatas, terdapat beberapa pendapat para tokoh yang terlepas dari 3 aspek tersebut :
A. Fase Perkembangan Menurut Buhler
Dalam bukunya Practische kinder psychology, 1994, Charlotte Buhler mengemukakan fase perkembangan anak dan pemuda sebagai berikut :
a. Fase pertama (0-1 tahun)
Fase ini adalah masa mengahayati berbagai objek diluar diri sendiri serta saat melatih fungsi-fungsi, khususnya fungsi motorik, yakni fungsi yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota badan.
b. Fase kedua (2-4 tahun)
Fase ini merupakan masa pengenalan dunia objektif diluar diri sendiri, disertai dengan pengahayatan yang bersifat subjektif. Mulai ada pengenalan pada “aku” sendiri, dengan bantuan bahasa dan kemauan sendiri.
c. Fase ketiga (5-8 tahun)
Fase ini bisa dikatakan sebagai masa sosialisasi anak. Pada masa ini, anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya, taman kanak-kanak, pergaulan dengan kewan-kawan sepermainan, dan sekolah dasar). Anak mulai belajar mengenal dunia sekitar secara objektif. Ia mulai mengenal arti prestasi, pekerjaan, dan tugas-tugas kewajiban.
d. Fase keempat (9-11 tahun)
Fase ini adalah masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada fase keempat ini, anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini, anak kerap mengasingkan diri.
e. Fase kelima (14-19 tahun)
Fase ini merupakan masa tercapainya synthese diantara sikap ke daam batin sendiri dengan sikap keluar, pada dunia objektif. Untuk kedua kali dalam kehidupannya, anak bersikap subjektif. Namun, subjektivitas kali ini dilakukan dengan sadar. Setelah berusia 16 tahun, anak atau remaja ini mulai belajar melepas diri dari persoalan tentang diri sendiri, dan lebih mengarahkan minatnya pada lapangan hidup konkret, yang dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.
B. Fase Perkembangan Menurut Erikson
dalam bukunya Childhood and Society, Erik Erikson (1963) membagi fase dan tugas perkembangan sebagai berikut :
a. Masa bayi (0-1,5 tahun)
Masa ketika berbagai kebutuhan fisik harus dipenuhi, kebutuhan menghisap harus dipuaskan. Anak biasanya senang berada dalam gendongan atau dekapan dan belaian. Masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan pertolongan orang lain, suatu masa yang menuntut kesabaran orang tua.
b. Masa Toddler
Si anak mulai memisahkan diri dan bergerak secara bebas. Dalam kaitan ini, orang tua harus memberikan banyak kebebasan kepada si anak, namun sekaligus mulai meletakkan batas-batas ketika si anak tidak bisa berbuat sesukanya sendiri.
c. Awal masa kanak-kanak (4-7 tahun)
Pusat perhatian anak berubah dari benda kepada orang. Si anak beralih dari bermain sendiri menuju bermain bersama. Sosialisasi merupakan tema pokok. Si anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannnya. Tugas-tugas yang telah dimulai pada masa Toddler, dikembangkan lebih lanjut. Si anak diharapkan untuk makan sendiri dan berpkaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
d. Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)
Masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh teman-teman seusia adalah penting. Inilah waktu yang baik untuk memperkenalkan pekerjaan rumah tangga serta mengajarkan penggunaan uang dengan tepat. Tema pada masa ini adalah kerajinan. Energy si anak dapat diarahkan pda tugas-tugas sosial yang terorganisasi.
e. Awal masa remaja (12-15 tahun)
Masa-masa seperti ini memperlibatkan bahwa semua hal yang dianggap baik telah berakhir. Tema awal masa remaja adalah perubahan.
f. Masa remaja yang sejati
Kemenduaan dalam masa transisi akan berkurang. Si remaja yang merasa cukup aman dalam identitasnya, harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa hidupnya. Pemilihan tujuan hidup merupakan tema pokok.
g. Awal masa dewasa (19-25 tahun)
Si anak mulai berdikari. Si anak mungkin kuliah di tempat lain, menikah, hidup sendirian dalam suatu apartemen, atau bekerja di tempat lain. Tema awal masa dewasa adalah kemandirian.
h. Kedewasaan dan masa tua (25 tahun keatas)
Fase generativitas (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Tema pada masa tua ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.
C. Fase Perkembangan Menurut Havighurst
a. Periode bayi dan anak kecil
Ditandai dengan belajar berjalan, makan, bahasa, dan control badan, serta perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. Kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang lain. Perkembangan kata hati.
b. Anak sekolah
Ditandai dengan ketangkasan fisik, sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang tumbuh, belajar peranan jenis kelamin, kontak dengan teman-teman sebaya, belajar sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga. Belajar membaca, menulis, berhitung, pengertian kehidupan sehari-hari. Perkembangan moralitas skala nilai-nilai.
c. Masa muda
Ditandai dengan menerima peranan jens persiapan menikah dan mempunyai keluarga, belajar lepas orang tua secara emisional, belajar bergaul dengan kelompok anak wanita atau laki-laki. Belajar tanggung jawab sebagai warga Negara, emnginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial. Persiapan mandiri secara ekonomis.
d. Masa dewasa muda
Ditandai dengan memilih jodoh, belajar hidup dengan suami atau istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga, emnemukan kelompok sosial, menerima tanggung jawab warga Negara, dan mulai bekerja.
e. Usia tengah baya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap percobaan fisik dan fisilogik. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh. Mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis.
f. Masa dewasa lanjut (lansia)
Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun, menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan kelompok sebaya.
2. Perkembangan Berdasarkan perspektif Islam
Dalam islam hal yang paling diperhatikan dalam pengembangan adalah hati, karena hati merupakan pancaran kepribadian. Dan yang tidak kalah penting yakni pengembangan fisik atau badan dan seluruh anggotanya, dan dalam Al-Qur’an menjelaskan tahapan penciptaan manusia dalam surat al-Mu’minun 12-16 :
“ dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah., kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim),kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
DAFTAR PUSTAKA
https://desierawati.wordpress.com/2015/01/06/makalah-konsep-konsep-dasar-perkembangan-peserta-didik/