MENEMBUS BATAS
Di mana batas akhir perjalanan
manusia? Dari sisi kapasitas intelektualnya menurut neurosains, capaian manusia
saat ini belum seberapa. Potensi intelektual rata-rata manusia belum sampai 5%
yang digunakan.
Jadi, kita yang hidup hari ini sulit
membayangkan inovasi sains dan teknologi di masa depan yang semua itu akan
memengaruhi pola hidup manusia. Dengan ditemukannya teknologi internet dan
telepon seluler saja moda kerja, jejaring sosial, dan metode belajar serta
relasi sosial sudah berubah drastis, tak terbayangkan oleh generasi orang tua
yang lahir prakemerdekaan.
Pertanyaan tentang batas akhir
perjalanan manusia akan semakin sulit dipahami kalau dialamatkan pada
perjalanan rohani. Bagi orang yang beriman, kehidupan ini tak akan berakhir
dengan pisahnya roh dari badan wadak. Jika kita amati, terdapat dua karakter
yang melekat pada manusia, yaitu pertumbuhan dan pengembaraan. Yang namanya
hidup selalu bergerak, tidak statis.
Secara fisik manusia terkena hukum
pertumbuhan layaknya dunia flora. Namun secara intelektual dan spiritual orang
berharap agar semakin tambah usia seseorang tumbuh menjadi semakin bijak dan
bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi lingkungan. Orang yang tidak produktif
sungguh merugi dan menyia-nyiakan fasilitas umurnya.
Bagi seorang sopir taksi, umur itu
bagaikan argometer yang selalu bergerak. Jika argometer berjalan, tetapi tidak
mendapatkan penumpang, dia akan merugi karena tidak mencapai target setoran.
Dia telah mengeluarkan bahan bakar, waktu, dan tenaga, tetapi tidak produktif.
Demikianlah, sering kali tak disadari bahwa kita telah terpenjara oleh
kemalasan, kebodohan, dan kebutaan dalam membaca dan memahami kehidupan.
Hidup menjadi rutin dan tumpul. Dunia
menjadi penjara yang menahan pertumbuhan dan perjalanan lebih lanjut, menembus
batasbatas yang kita ciptakan sendiri. Meminjam bahasa Taufik Ismail, kita
hidup dalam kotak, lalu sibuk membuat kotak-kotak yang semakin kecil lagi
sampai kita tidak bisa bergerak karena terjepit oleh kotak terkecil yang kita
ciptakan sendiri.
Alquran mengingatkan, Allah tidak
akan mengubah nasib satu kaum kecuali mereka mengubah terlebih dahulu mindset
mereka. Mengubah jiwa dan mental mereka sendiri. Baik secara individual maupun
kelompok dan generasional, sejarah manusia selalu memiliki agenda menembus
batas. Dalam bahasa akademis disebut riset, terdiri atas dua kata re dan search
.
Mencari dan mencari kembali agar
batas pengalaman, pengetahuan, dankeilmuan senantiasa melebar. Dan ini
dilakukan sambung-menyambung dari generasi ke generasi untuk memperluas dunia
manusia. Ibarat ulat yang bergulat untuk bermetamorfosis menjadi kupu-kupu agar
bisa terbang menikmati indahnya taman yang luas.
Setiap manusia dan masyarakat selalu
dibatasi geraknya oleh garis perbatasan (boundary), oleh batasan fisik, bahasa,
dan tradisi. Teknologi internet telah merobohkan tembok perbatasan ini.
Masyarakat modern telah menciptakan benua yang keenam, yaitu benua maya, dunia
simbolik (virtual world) yang dihubungkan oleh internet yang memfasilitasi
warganya berkomunikasi dengan simbol kata dan gambar.
Di dunia yang baru ini komunikasi
warganya tidak bisa dihalangi oleh sekat-sekat negara, etnis, budaya, dan
agama. Mereka bebas mengemukakan imajinasinya. Di dunia virtual, orang bebas
berbicara, berdiskusi, dan berdebat tanpa kehadiran fisik. Ide dan gagasan apa
pun mesti siap diuji, dipuji, dan dicaci sekalipun itu merupakan pemikiran
keagamaan.
Di dunia virtual akan dijumpai ribuan
agama dan kepercayaan. Orang pun bebas untuk menerima atau menolaknya. Bagi
mereka yang tak tahan dengan kritik dan cacian, cara termudah tinggal klik,
matikan internetnya atau TV-nya. Mau teriak pun boleh di kamar sendiri asal
tidak mengganggu orang lain atau tetangga.
Sedemikian mudah dan bebasnya orang
melakukan pengembaraan di dunia maya bagaikan berselancar di lautan informasi
tanpa hambatan. Kebebasan ini tentu tidak semahal dan sesulit kalau kita hendak
melihat-lihat negeri dan budaya orang dari dekat dalam wujudnya yang nyata.
Faktor kesehatan, kesempatan, dan finansial mesti mendukung.
Esai ini pun saya tulis di airport
Istanbul, 7 November 2015 pukul 6 pagi, sambil menunggu jadwal penerbangan ke
Wina dalam rangka berwisata menembus batas geografis untuk melihat dari dekat
negara-negara Eropa Timur. Sejak berangkat dari Jakarta saya sudah niatkan
perjalanan ini merupakan wisata budaya (cultural tour ) untuk melihat kota-kota
tua di Eropa Timur yang tidak semegah dan seglamor kalau kita jalan-jalan
misalnya ke Paris, London, New York, Frankfurt, Tokyo.
Namun kota-kota bekas rezim sosialis
ini menyimpan monumen sejarah peradaban manusia yang amat berharga untuk
diapresiasi, merekam inovasi dan eksperimentasi politik dan budaya yang telah
memperkaya khazanah peradaban dunia. Menurut Alquran, semesta dan sejarah
manusia merupakan ayat-ayat Tuhan yang mesti dibaca dan dipahami.
hay bosku anda bingung mencari bandar togel
BalasHapusyuk bergabung bersama kami di togel pelangi
togel terbaik dan terpecaya 100% aman
http://www.togelpelangi.com/