BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah
satu kunci sukses menghadapi tantangan 21 adalah “melek” sains (sains literasy)
yaitu kemampuan seseorang dalam memahami, mengkomunikasikan, serta
mengaplikasikan, konsep biologi dalam kehidupan nyata. Literasi sains
(sciencetificliteracy) kini menjadi tuntutan untuk dikuasi oleh setiap individu
baik dalam kehidupan sehari-haro maupun dalam dunia pekerjaan individu yang
melek sains dapat menggunakan informasi ilmiah yang dimilikinya untuk mengatasi
masalah dalam kehidupan sehari-hari serta menghasilkan produk-produk ilmiah
yang bermanfaat. Di bidang pekerjaan yang menuntut keterampilan-keterampilan
tingkat tinggi, memerlukan orang-orang yang mampu belajar, bernalar, berfikir
kreatif, membut keputusan dan memecahkan masalah. Oleh karenanya, agar mampu
survive berkompetensi dalam menghadapi peluang dan tantangan global dimasa
depan, setiap individu dituntut memiliki literasi sains yang memadai mencakup
pengetahuan tentang sains keterampilan proses sains, dalam sikap ilmiah.
Upaya
perbaikan kulitas pembelajaran tingkat sekolah perlu didukung informasi yang
akurat tentang sejauh mana capaian literasi sains, siswa ditinjau dari
aspek-aspeknya. Oleh karenany uji literasi sains perlu dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana capaian literasi sains siswa ditinjau dari aspek-aspek
literasi sains.
Kajian
teori sesuai dengan hakikatnya, sains dipahami sebagai tiga aspek yakni proses,
produk, sikap dan teknologi (Carin & Evans, 2005). Proses dalam sains
mengandung arti cara atau aktivitas ilmiah untuk emndeskripsikan fenomena alam
hingga diperoleh produk sains berupa fakta, prinsip hukum, atau teori. Melalui
metode ilmiah dapat dikembangkan sikap sebagaimana ilmuwan bekerja (sikap
ilmiah) seperti : kejujuran, ketelitian, kesbaran, dll.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pembelajaran yang dilakukan guru dikelas 3A SDS YPKS 1 Cilegon?
2. Apakah
guru kelas 3A SDS YPKS 1 Cilegon menggunakan model atau metode yang tepat?
3. Pendekatan
apa yang digunakan guru dalam pembelajaran?
4. Bagaimana
guru meningkatkan lifeskill?
5. Bagaimana
kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran?
C.
Tujuan
Observasi
Berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui
proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas 3A di SDS YPKS 1 Cilegon
2. Menganalisis
model atau metode yang digunakan guru kelas 3A di SDS YPKS 1 Cilegon
3. Menganalisis
pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran
4. Menganalisis
cara guru dalam meningkatkan lifeskill
5. Mengetahui
kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran
D.
Manfaat
1. Sebagai
bahan masukan bagi guru, dalam mengelola dan meningkatkan kedisiplinan dalam
proses belajar agar pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai lebih baik.
2. Dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung kelapangan dan
memberikan pengalaman belajar.
3. Untuk
bahan pertimbangan bagi peserta didik dalam menilai kinerja guru.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Literasi Sains
Literasi
sains (scinence literacy) berasal dari gabungan dua kata latin yaitu literatus
artinya ditandai dengan huruf,melek huruf, atau berpendidikan dan scientia,
yang artinya memiliki pengetahuan.
Literasi
sains didefinisikan sebagai kemampuan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan denga alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007:2). Literasi
IPA (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari
perubaha yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003). Literasi sains
penting untuk dikuasai oleh siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan,
ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang
sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu
pengetahuan.
PISA 2000
dan 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya,
yakni kompetensi/ proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi
sains. Pada PISA 2006 dimensi literasi sains dikembangkan menjadi empat
dimensi, tambahannya yaitu aspek sikap siswa akan sains (OECD, 2007).
B.
Aspek konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan
sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum
nasional tiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum
yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-butir
soal pada penilaian PISA berfokus pada situasi yang terkait pada diri individu,
keluarga dan kelompok individu (personal), terkait pada komunitas (social),
serta terkait pada kehidupan lintas negara (global). Konteks PISA
mencakup bidang-bidang aplikasi sains dalam seting personal, sosial dan global,
yaitu: (1) Kesehatan; (2) sumber daya alam; (3) mutu lingkungan; (4) bahaya;
(5) perkembangan mutakhir sains dan teknologi.
C.
Aspek konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang
diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi
cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains
sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber
informasi lain yang tersedia. Kriteria pemilihan konten sains adalah sebagai
berikut:
1)
Relevan dengan situasi nyata,
2)
merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang,
3)
sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
Berdasarkan
kriteria tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan
memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil
dari bidang studi biologi, fisika, kimia serta ilmu pengetahuan bumi dan
antariksa.
D.
Aspek Kompetensi/Proses
PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan
warganegara masa depan, yakni warganegara yang mampu berpartisipasi dalam
masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh
karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan siswa memahami hakekat
sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Siswa perlu memahami
bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi
terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta
tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
BAB III
PELAKSANAAN
OBSERVASI
A.
Tempat
Observasi
a.
Nama Sekolah :
SDS YPKS 1 Cilegon
b.
Alamat :
Jalan Jenderal Sudirman No.7 Komplek KS
c.
Telp :
(0254) 384674
d.
Kecamatan : Purwakarta
e.
Akreditasi : A
B.
Waktu
Observasi
Kegiatan observasi
dilakukan di SDS YPKS 1 Cilegon yang dilaksanakan pada hari Senin 12
Oktober mulai pukul 08.00 hingga pukul 10.00 WIB.
C.
Subjek
Penelitian
Dalam
observasi kami yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas 3A SDS YPKS 1 Cilegon. Dan guru kelas 3A Ibu
Yati Riv’ati Rahayu SP.d.
D.
Hasil
Observasi
Kegiatan
observasi yang kami lakukan bertempat di SDS
YPKS 1 Cilegon. SDS YPKS 1 Cilegon terletak di Jalan Jenderal Sudirman
Nomor 7 Komplek PT Krakatau Steel.
Sekolah ini berdiri pada tahun 1972 yang merupakan Sekolah Dasar pertama
yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Krakatau Steel. Dengan jumlah siswa pada
tahun ajaran 2015/2016 mencapai 269 siswa, yang dibagi ke dalam sepuluh kelas,
masing-masing kelas terdiri dari kelas A dan B, kecuali kelas satu dan kelas
lima yang hanya terdapat satu kelas. Setiap kelas terdiri dari 20 sampai 30
siswa. Di SDS YPKS 1 Cilegon terdiri
dari 16 guru karyawan tetap dan 5 guru honorer, satu staf TU, tiga petugas
kebersihan dan tiga petugas keamanan.
Berdasakan
hasil observasi yang telah kami lakukan Di SDS YPKS 1 Cilegon, SDS YPKS 1
Cilegon menerapkan kurikulum 2013. Kami melakukan pengamatan pada siswa kelas
3A. Dimana mata pelajaran IPA menurut kurikulum 2013 terintegrasi kedalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Adapun dalam pembelajaran IPA itu sendiri SDS YPKS
1 Cilegon menekankan sistem pembelajaran PAKEM, dimana siswa dituntut untuk
aktif, kreatif, namun pembelajarannya tetap menyenangkan bagi anak. Menurut
penuturan salah satu guru kelas di SDS YPKS 1 Cilegon yang bernama Ibu Yati
Riv’ati Rahayu, dalam pembelajaran IPA peserta didik sering melakukan belajar
di luar kelas, mereka di bimbing oleh guru untuk mengamati atau melakukan
pengamatan ataupun praktik. Seperti mengamati bentuk-bentuk daun, macam-macam
batang, bahkan melakukan praktik penanaman, seperti mencangkok, stek, dan
menanam umbi-umbian. Dalam melakukan praktik, peserta didik di bagi kedalam
beberapa kelompok dari 20 siswa.
Misalnya
pada kegiatan praktikum mengamati pertumbuhan pada tumbuhan, siswa diberikan
tugas oleh guru untuk membawa berbagai macam biji-bijian, seperti biji kacang tanah, bawang, kentang,
biji cabai yang ditanam dikebun sekolah. Siswa dibagi menjadi empat kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa. Siswa melaksanakan praktik
secara mandiri dengan dibimbing oleh guru. Siswa diberitahu bagaimana cara
mencangkul, menggemburkan tanah serta menanam umbi-umbian. Kemudian mereka di
berikan tugas untuk menyusun laporan hasil pengamatan yang mereka lakukan dan
format laporan praktikum di berikan oleh guru sehingga siswa hanya mengikuti
format yang sudah diberikan oleh guru yang disesuaikan dengan RPP.
Dalam
penyusunan laporan, siswa ditugaskan untuk menyusun laporan hasil praktik
secara individu, walaupun dalam praktik nya dikerjakan secara berkelompok.
Namun sebelum melakukan praktik langsung, peserta didik diberikan materi
terlebih dahulu sebagai petunjuk dalam melakukan praktik. Metode seperti ini memiliki
pengaruh besar terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih
memahami tentang materi yang disampaikan dan lebih lama untuk mengingat materi
yang disampaikan.dan siswa antusias dalam melakukan kegiatan praktik diluar
kelas, karena hakikatnya siswa sekolah dasar memiliki karakteristik senang
bermain. Jadi metode yang diterapkan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat karena
melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak
hanya menyimak apa yang disampaikan oleh guru tetapi siswa juga melakukan
praktik langsung di lapangan.
Sesuai
dengan konsep literasi sains yang mencakup tiga dimensi, yaitu konten
(pengetahuan sains), siswa dituntut untuk memahami teori yang disampaikan oleh
guru sebelum melakukan praktikum, kedua dimensi proses (kompetensi sains) yaitu
siswa melakukan kegiatan praktik langsung sesuai dengan teori yang
disampaikan,dalam prosesnya siswa melakukan kegiatan untuk mengidentifikasi
pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti
ilmiah. Ketiga dimensi konteks (aplikasi sains),siswa diharapkan dapat
menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Namun
ada beberapa kendala dalam proses pembelajaran IPA di SDS YPKS 1 Cilegon itu
sendiri, yaitu terbatasnya waktu dalam proses pembelajaran, serta siswa jarang
membawa alat dan bahan untuk praktik. Sehingga dalam melakukan kegiatan praktik
menggunakan alat dan bahan seadanya.
Di SDS YPKS
1 Cilegon belum tersedia LAB IPA, hanya ada LAB bahasa dan LAB Komputer. Akan
tetapi sarana dan prasarana di SD tersebut cukup memadai. Seperti KIT IPA yang
cukup lengkap yang disediakan dari pemerintah. Beberapa contoh KIT IPA yang ada
di SDS YPKS 1 Cilegon diantaranya: KIT Bunyi, KIT Optik, KIT Batu-batuan, KIT
Cahaya, KIT Listrik, KIT Air, KIT Neraca, KIT Panas, KIT Magnet dan masih
banyak lagi.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
individu dituntut memiliki literasi sains (scientific literacy) yaitu memiliki
penguasaan sains secara memadai, sehingga tidak hanya untuk menghasilkan
produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan melainkan juga untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang telah diterapkan di SDS
YPKS 1 Cilegon siswa dituntut untuk memahami sains secara keseluruhan, baik
dari pemahaman pengetahuan sains, kompetensi sains maupun aplikasi sains.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat, karena
melibatkan setiap siswa dalam mengkaji materi yang diajarkan yakni dengan
melaksanakan kegiatan praktikum sederhana, sehingga memudahkan siswa dalam
memahami isi materi.
B.
Saran
Untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran sains di SDS YPKS 1 Cilegon, hendaknya ditunjang dengan laboratorium IPA , sehingga
proses pembelajaran IPA di SDS YPKS 1 Cilegon bisa berjalan dengan baik dan
efektif.
hay bosku anda bingung mencari bandar togel
BalasHapusyuk bergabung bersama kami di togel pelangi
togel terbaik dan terpecaya 100% aman
http://www.togelpelangi.com/